Analisis Teknikal
Dalam bab ini, akan dibahas analisis teknikal yang berbeda dengan analisis fundamental. Perbedaannya terletak pada faktor yang mendasari analisis tersebut dimana analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu, sedangkan analisis fundamental secara ‘top-down’ mendasarkan diri pada faktor-faktor fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri. Dalam bab ini juga akan dibahas tentang berbagai asumsi yang mendasari analisis teknikal, keuntungan penggunaan analisis teknikal, serta berbagai teknik yang dipakai dalam analisis teknikal.
Ø Definisi Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis seperti informasi harga dan volume. Analisis teknikal juga didefinisikan sebagai studi terhadap suatu sekuritas atau pasar secara keseluruhan berdasarkan permintaan dan penawaran (Meyer,1989).
Ø Asumsi yang Mendasari Analisis Teknikal
Pihak yang melakukan analisis teknikal disebut juga sebagai analis teknikal. Para analis teknikal percaya bahwa mereka bisa mengetahui pola-pola pergerakan harga saham di masa datang berdasarkan pada observasi pergerakan harga saham di masa lalu. Di sisi lain, keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar di masa lalu (seperti data harga saham dan volume penjualan saham), sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Dengan kata lain, bagi para analis teknikal, mereka tidak perlu melakukan analisis terhadap variabel ekonomi dan variabel perusahaan untuk mengestimasi nilai saham, karena informasi harga saham di masa lalu sudah bisa dipakai untuk mengestimasi harga saham di masa datang.
Keputusan analis teknikal dalam menjual atau membeli saham didasari oleh data-data harga dan volume perdagangan saham di masa lalu. Informasi data masa lalu tersebut akan mendasari prediksi mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang. Levy (1966), mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu :
a. Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran
b. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional.
c. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang.
d. Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan hubungan permintaan dan penawaran, dimana hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.
Dari keempat asumsi di atas, asumsi yang paling bisa diterima baik oleh analis teknikal maupun yang bukan analis teknikal adalah asumsi yang pertama dan kedua dimana hampir semua pihak bisa menerima asumsi bahwa nilai produk ditentukan oleh kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran.
Asumsi ketiga berkaitan dengan kecepatan penyesuaian harga saham (speed of adjustment) dari harga keseimbangan yang lama menuju harga keseimbangan yang baru. Pola penyerapan informasi membutuhkan waktu yang lama karena adanya informasi yang tidak simetris, dimana hanya beberapa investor saja yang mampu mengakses informasi dan bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada harga saham dibanding investor lainnya. Seiring dengan tindakan menjual atau membeli saham yang dilakukan pihak-pihak yang menguasai informasi untuk memperoleh keuntungan, maka harga saham pun akan bergerak menuju harga keseimbangan yang baru.
Ø Keuntungan dan Kritik Terhadap Analisis Teknikal
Keuntungan penggunaan analisis teknikal tidak terlepas dari asumsi-asumsi yang dianut oleh para analis teknikal. Para analis teknikal percaya bahwa untuk memperoleh abnormal return, seorang investor harus mampu mendapatkan informasi secara lebih cepat dibanding investor lainnya dan menerjemahkan informasi tersebut ke dalam tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor bisa memperoleh keuntungan.
Data-data yang dipakai oleh para analis teknikal adalah data-data pasar (market data) yang bersifat sebagai data historis, seperti data harga saham, volume perdagangan dan informasi perdagangan lainnya. Bagi para analis teknikal, dengan menggunakan data-data pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham, untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan.
Disamping keuntungan tersebut, penggunaan analisis teknikal juga menimbulkan berbagai kritik terutama berkaitan dengan asumsi yang mendasarinya dan keefektifan pendekatan analisis teknikal dalam memprediksi harga saham. Kritikan yang paling tajam muncul dari para penganut hipotesis efisiensi pasar, yang sama sekali tidak percaya bahwa harga saham di masa yang akan datang akan dipengaruhi oleh pergerakan harga saham masa lalu.
Kritikan berikutnya berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis teknikal untuk jangka waktu yang panjang. Apabila penggunaan analisis teknikal terbukti mampu memberikan keuntungan bagi beberapa investor (karena mereka mampu menemukan pola pergerakan saham dalam merespons informasi baru), maka tentu saja pendekatan ini akan menjadi populer dan banyak diadopsi oleh investor lainnya. Jika ini terjadi, dalam jangka panjang keefektifan penggunaan analisis teknikal barangkali sudah tidak bermanfaat lagi.
Ø Teknik-Teknik Analisis Teknikal
Para pengguna analisis teknikal disamping disebut sebagai analis teknikal, juga disebut sebagai ‘chartist’ karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan dimana dari grafik yang telah dibuat, mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume perdagangan dan mencari celah-celah keuntungan dari pola tersebut. Ada beberapa teknik penggunaan grafik (charting) yang biasanya digunakan investor sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasinya dalam analisis teknikal, yaitu :
1. The Dow Theory
The Dow Theory pertama kali dikemukakan oleh Charles H. Dow (sehingga disebut dengan The Dow Theory) pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan untuk mengidentifikkasi trend harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa lalu.
Teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pergerakan harga saham bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a. Primary trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama (beberapa tahun)
b. Secondary (intermediate) trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi selama pergerakan harga dalam primary trend.
c. Minor trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi harga saham yang terjadi setiap hari.
Untuk menggambarkan pola pergerakan harga-harga saham dalam primary trend, dalam The Dow Theory dikenal adanya dua istilah utama, yaitu (1) pasar dalam kondisi bergairah (bull market) dan (2) pasar yang lesu (bear market). Bull market terjadi ketika pergerakan harga-harga saham dalam primary trend cenderung untuk bergerak naik, sedangkan bear market menunjukkan pergerakan harga-harga saham dalam primary trend yang cenderung turun.
2. Rata-Rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) adalah salah satu teknik yang dipakai dalam analisis teknikal, untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan harga saham baik saham individual maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut.
Dalam perhitungan rata-rata bergerak, data yang dipakai adalah data harga penutupan saham (closing price) untuk waktu tertentu. Perhitungan rata-rata bergerak tersebut dilakukan secara terus-menerus sehingga menghasilkan sebuah garis trend rata-rata bergerak yang menunjukkan trend pergerakan harga saham. Selanjutnya garis trend yang dihasilkan tersebut nantinya akan bisa dipakai untuk memprediksi arah pergerakan harga saham di masa depan.
Disamping berguna untuk memprediksi arah pergerakan harga saham, garis trend yang dihasilkan juga berguna dalam pengambilan keputusan menjual atau membeli saham. Dalam pembuatan keputusan membeli atau menjual saham, investor bisa membandingkan harga pasar saham saat ini dengan nilai rata-rata bergerak harga saham.
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari metode ini adalah bahwa investor dianjurkan untuk membeli saham, jika :
a. Garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham akan melampaui garis tersebut
b. Harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang menaik
c. Harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang cenderung menurun, namun kembali menaik sebelum mencapai garis tesebut.
Sedangkan, investor disarankan untuk menjual saham, jika :
a. Harga saham saat ini berada di bawah garis rata-rata bergerak yang mendatar
b. Harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun garis rata-rata bergerak tersebut justru sedang menurun
c. Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah garis rata-rata bergerak), tetapi kembali menurun sebelum mencapai garis rata-rata bergerak tersebut.
3. Relative Strength
Teknik lainnya dalam analisis teknikal yang digunakan untuk menganalisis saham indiviual ataupun saham-saham dalam industri adalah teknik relative strength. Relative strength menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu. Dalam penggunaan relative strength, jika terjadi trend pergerakan harga saham yang meningkat, maka bagi investor, pergerakan seperti ini merupakan sinyal akan terjadinya peningkatan rasio harga saham dibanding indeks pasar.
Hal ini merupakan indikasi bahwa saham tersebut akan memberikan return yang melebihi return pasar, dan akan menarik minat investor untuk menjadikan saham tersebut sebagai alternatif investasi yang baik. Disamping itu, penggunaan relative strength juga bisa digunakan sebagai dasar penentuan sektor-sektor industri mana saja yang menarik dan menguntungkan, investor akan bisa menentukan seberapa besar proporsi dana yang akan diinvestasikan pada saham-saham pada industri bersangkutan.
Ø Trading Rule dalam Analisis Teknikal
Dalam praktek, para analis teknikal biasanya membuat suatu aturan perdagangan (trading rules) yang bisa dipakai sebagai patokan dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Trend penurunan harga saham (declining trend) akan mencapai titik terendah (trough point) yang kemudian dilanjutkan dengan terjadinya trend peningkatan (raising trend) harga saham. Situasi pada saat pergerakan harga saham mencapai titik terendah dan mulai meningkat, bagi para analis teknikal merupakan indikator/sinyal untuk melakukan tindakan membeli saham.
Berikutnya, trend peningkatan harga saham tersebut akan mencapai puncaknya pada saat harga saham mencapai titik puncak (peak point). Dalam situasi seperti ini, para analis teknikal biasanya akan menahan saham yang dimilikinya untuk dijual di kemudian hari. Trend berikutnya adalah trend pergerakan harga saham yang mendatar (flat trend). Pada saat ini para analis teknikal bisa saja menjual sahamnya, tetapi di satu sisi mereka mungkin berharap akan terjadi lagi trend peningkatan, sehingga mereka lebih memilih untuk menahan sahmnya dan tidak segera dijual. Tetapi, jika pada akhir trend mendatar, ternyata diikuti trend penurunan harga saham, maka situasi ini bagi para analis teknikal akan merupakan sinyal untuk menjual sahamnya, untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat harga terus turun. Sinyal untuk membeli saham akan terjadi lagi ketika trend penurunan sudah mencapai titik terendah dan diikuti oleh trend peningkatan harga saham.
Ø Metode Pengeplotan Grafik
Teknik lain untuk menggambarkan pola pergerakan harga saham adalah dengan menyusun grafik (chart) dari pergerakan saham secara individual selama waktu tertentu. Dengan membuat gambaran pergerakan harga saham secara visual dan memperhatikan kekuatan daya tarik menarik permintaan dan penawaran, investor berharap bahwa mereka akan mampu memprediksi arah pergerakan harga saham di kemudian hari.
1. Grafik Batang (Bar Chart)
Grafik batang merupakan cara yang paling sederhana dalam analisis teknikal yang menggambarkan pergerakan harga saham. Grafik batang memudahkan analis untuk secara visual dapat mengamati informasi dari suatu kisar perdagangan (trading range) pada suatu periode tertentu yang dianalisis. Sumbu vertikal dalam grafik batang menunjukkan harga saham, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu.
Pergerakan harga saham ditunjukkan oleh diagram batang vertikal (bar vertical) dimana ujung atasnya menunjukkan catatan harga tertinggi saham, sedangkan ujung bawahnya menunjukkan catatan harga terendah. Garis horizontal (tick mark) pada sebelah kiri batang mencerminkan harga buka dan garis horizontal sebelah kanan batang mencerminkan harga tutup (closing or settlement price).
Bagian terpenting dari grafik batang adalah identifikasi harga pembuka dan harga penutup. Harga pembuka memiliki arti penting karena mencerminkan psikologi dari para pelaku pasar sebagai awal dari sesi perdagangan. Harga penutup memiliki arti penting karena mencerminkan pedagang dan investor yang bersedia mengambil posisi overnight. Bar chart biasanya juga disertai dengan bar chart tambahan di bagian bawah yang menunjukkan volume perdagangan harga saham.
2. Point-and-Figure Chart
Jenis chart seperti ini lebih kompleks dibandingkan dengan bar chart biasa karena menggambarkan perubahan harga saham yang berubah secara signifikan (volume perdagangan saham tidak dimasukkan dalam chart jenis ini). Metode penggrafikan angka atau poin dan gambar (point and figure chart) berbeda dengan metode lainnya, dalam hal aksis horizontal tidak mengukur waktu melainkan jumlah perdagangan dalam kisar harga tertentu. Grafik poin dan gambar terdiri dari kotak-kotak yang mencerminkan himpunan pergerakan harga tertentu dimana ada yang mencerminkan penurunan maupun peningkatan harga saham tersebut.
3. Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis hanya menggambarkan harga penutupan. Harga tertinggi, harga terendah, atau harga pembukaan diabaikan dalam penyajian grafik. Garis disusun dalam bentuk kontinyu yang menghubungkan harga penutup antar interval waktu secara berurutan. Walaupun grafik garis tidak menyediakan cukup informasi seperti pada grafik batang, namun grafik garis juga berguna dalam beberapa hal, yaitu :
a. Harga tertinggi dan terendah yang diabaikan sehingga sebagian kegaduhan random (random noise) yang terjadi selama sesi perdagangan dapat dieliminasi
b. Fokus pada pertimbangan harga penutup menampilkan grafik garis yang lebih bersih dan mudah untuk diamati sehingga memudahkan analis untuk melihat trend yang terjadi sebelumnya
c. Harga penutupan juga sangat penting sebagai dasar pertimbangan karena mencerminkan hanya para pelaku pasar yang benar-benar dipersiapkan untuk memegang sekuritas melampaui semalam (overnight) atau melampaui seminggu (over a weekend)
d. Grafik garis memungkinkan pengeplotan dengan rentang waktu yang lebih panjang daripada grafik batang.
4. Grafik Kandil (Candlestick Chart)
Grafik kandil hanya mencerminkan fenomena jangka pendek, kemampuan peramalannya juga relatif pendek, yakni kurang dari 10 hari. Informasi yang disajikan dalam penggrafikan kandil identik dengan grafik batang (bar chart). Pada grafik batang mempertimbangkan harga pembuka, penutup, tertinggi dan terendah. Sedangkan metode penggrafikan kandil menekankan pada harga pembuka dan harga penutup yang tercermin dari kotak persegi empat.
Dalam analisis teknikal, kandil persegi empat vertikal disebut dengan istilah real body yang mencerminkan aktivitas perdagangan antara harga pembuka dan harga penutup. Bila harga pembuka lebih tinggi dari harga penutup, hasil itu akan dicatat pada bagian atas real body, sedangkan harga penutup pada bagian bawah real body.
Untuk membedakan harga tertinggi dan terendah dalam suatu hari, ditambahkan garis tipis yang berada di atas atau di bawah real body. Garis tipis ini disebut sebagai bayangan (shadow) dimana garis tipis di atas real body dinamakan bayangan lebih tinggi (upper), sedangkan garis tipis di bawah real body dinamakan bayangan lebih rendah (lower).
Penggrafikan kandil juga membedakan pola-pola kebalikan (reversal patterns) yang menyajikan dua bentuk berlawanan, yakni :
a. Hammer merupakan payung (umbrella) yang terjadi setelah suatu harga mengalami penurunan. Suatu hammer dicirikan oleh pergerakan harga-harga dalam sehari yang menurun secara tajam dari harga pembukaan selama sesi perdagangan dan kemudian kembali ditutup pada posisi harga tinggi dalam hari itu juga.
b. Hanging man merupakan kebalikan dari hammer. Suatu hanging man juga menyerupai payung yang dicirikan oleh pergerakan harga-harga dalam sehari yang meningkat secara tajam dari harga pembukaan selama sesi perdagangan dan kemudian kembali ditutup pada posisi harga rendah dalam hari itu juga.
Ø Model Siklus Pasar dan Identifikasi Trend Dasar
Perbedaan trend terkait dengan perbedaan unit rentang waktu. Untuk tujuan praktis, terdapat emapat bentuk trend, yaitu :
1. Trend jangka pendek (short term trend), yakni antara 3 hingga 6 minggu
2. Trend jangka menengah (intermediate term trend), yakni antara 6 minggu hingga 9 bulan
3. Trend primer (primary trend), yakni antara 9 bulan hingga 2 tahun
4. Trend sekunder (secular trend), yakni antara 8 tahun hingga 12 tahun
Pedoman tersebut bersifat kasar karena dalam praktiknya, kerangka waktu tersebut dapat berbeda sesuai dengan kebutuhan perbandingan waktu trend.
Salah satu prinsip dasar (building block) analisis teknikal adalah bahwa harga tidak bergerak secara langsung naik atau turun melainkan bergerak secara zigzag. Terdapat beberapa puncak dan palung dimana setiap puncak lebih tinggi dari pergerakan harga sebelumnya dan setiap siklus tandingannya menurun secara progresif. Bila serangakaian puncak dan palung tersebut tidak lagi terdorong ke atas, maka terdapat suatu sinyal bahwa trend mengalami pembalikan (reversal).
Dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dalam pergerakan harga saham, dikenal adanya dua istilah penting untuk menggambarkan pergerakan harga saham, yaitu :
1. Support adalah volume pembelian (buying), aktual atau potensial, yang cukup untuk menghentikan trend menurun dari suatu harga dalam suatu periode yang cukup besar.
2. Resistance adalah volume penjualan (selling), aktual atau potensial, yang cukup untuk memenuhi semua penawaran sehingga menghentikan harga yang lebih tinggi dalam waktu tertentu.
Dengan kata lain istilah support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas permintaan saham di pasar. Support level menggambarkan batas bawah kisaran harga (lower boundary) yang bisa membuat para pembeli saham tertarik untuk segera melakukan pembelian saham, sehingga permintaan saham meningkat, dan selanjutnya harga saham akan bergerak naik.
Sedangkan resistance level berarti kisaran harga, dimana para analis teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di pasar. Resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga (upper boundary) yang bisa membuat para penjual saham segera bertindak menjual sahamnya. Situasi ini diharapkan bisa menjadi penahan (resistance) atas gerakan naik harga saham, karena jika banyak pihak yang ingin menjual saham di pasar, maka diharapkan harga akan bergerak turun dan tidak melewati batas atas harga.
Support level biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan tindakan ‘ambil untung’, dengan melakukan penjualan saham-saham, karena tertarik dengan harga jual yang cukup tinggi. Jika banyak investor melakukan tindakan ‘ambil untung’ maka biasanya justru akan diikuti penurunan harga saham. Selanjutnya, jika harga turun seperti ini maka akan banyak para pembeli saham yang tertarik untuk melakukan pembelian saham sehingga permintaan saham kembali meningkat. Sedangkan resistance level biasanya terjadi ketika harga saham turun terus setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidak akan mau rugi akibat harga sahamnya terus turun. Mereka akan menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya demi mengurangi kerugian, biasanya pada saat harga saham mencapai titik balik (recovery point). Pada saat seperti ini, jika banyak penjual yang menjual saham, maka penawaran saham akan meningkat dan biasanya justru akan diikuti oleh penurunan harga saham.
Untuk mencapai level batas terbawah (floor), area support harus mencerminkan konsentrasi permintaan. Area support adalah tempat dimana penjual menjadi kurang antusias untuk membagi asetnya, sedangkan pembeli secara temporer lebih kuat motivasinya untuk membeli.
Formasi bahu dan kepala (head-and-shoulders formation) merupakan salah satu dari berbagai pola harga yang banyak digunakan dalam analisis teknikal. Pola-pola tersebut terjadi sebagai pembalikan ke atas atau ke bawah dan sebagai formasi kelanjutan atau konsolidasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar