Kamis, 20 Oktober 2011

ANALISIS SEKURITAS 4(ANALISIS INDUSTRI)


ANALISIS INDUSTRI
           
            Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setalah melakukan analisis industri, investor nantinya akan menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.

PENGERTIAN INDUSTRI
Pada dasarnya pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Analisis dan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. Standard Industrial Classification (SIC) mempunyai 11 divisi dan masing-masing divisi diberi tanda A sampai K, misalnya A (Pertanian dan perikanan), B (pertambangan), dan lain-lain.
Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi menjadi tiga, empat sampai lima digit SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik pengelompokkan industri tersebut. Disamping standar klasifikasi SIC, ada beberapa sistem klarifisikasi lainnya yang digunakan untuk mengelompokkan industri, diantaranya adalah indeks industri yang dikeluarkan oleh Standard & Poor Corporation yang mengelompokkan perusahaan ke dalam 90 industri.
Pengelompokan industri untuk kasus di Indonesia juga dilakukan dengan berdasarkan suatu standar klasifikasi industri tertentu. Salah satu standar yang banyak dipakai untuk mengkelompokkan industri bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam BEJ adalah Jakarta Stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA terdiri dari 9 divisi dan dikelompokkan lagi menjadi kelompok industri utama dan diberi kode dua digit.


PENTINGNYA ANALISIS INDUSTRI
            Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.
            Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah didokumentasikan oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini :
1.      Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula.
2.      Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
3.      Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup beragam.
4.      Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
5.      Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Dapat disimpulkn bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan. Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.

ESTIMASI TINGKAT KEUNTUNGAN INDUSTRI
            Dalam melakukan analisis industri, investor juga perlu menilai suatu industri dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri yang akan dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri, investor akan dapat menentukan peluang investasi pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu : (1) mengestimasi Earning Per Share  (EPS) yang diharapkan dari suatu industri, dan (2) mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai ecpected earning multiplier industri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan diperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
            Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industrim selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dengan dividen yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industri-industri yang mampu memberikan return dharapkan yang lebih besar dibanding tingkat return yang disyaratkan investor.

ESTIMASI EARNING PER SHARE INDUSTRI
            Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup industri (industri life cycle), analisis input-output, serta hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi, sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam beberapa skenario.

Prakiraan penjualan dan daur hidup industri
            Tahap perkembangan industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan dari suatu industri. Tahap perkembangan industri umumnya dibagi menjadi lima yaitu tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan (mature), stabil dan penurunan.
a.       Tahap permulaan : masa-masa awal perkembangan sebuah industri, pertumbuhan penjualan sangat kecil, dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.
b.      Tahap pertumbuhan : penjualan tumbuh sangat cepat, permintaan meningkat, persaingan belum begitu ketat, profit tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
c.       Tahap kedewasaan : pertumbuhan penjualan mulai menurun, banyak pesaing mulai masuk dan permintaan relatif stabil. Oleh karena itu, profit akan mengalami penurunan dan menuju tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan secara keseluruhan.
d.      Tahap stabil : tahap yang paling panjang dalam daur hidup industri. Pada tahap ini investor mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Namun besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan secara individual dalam suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
e.       Tahap penurunan : tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun, perusahaan ada yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Dengan mengestimasi tahap daur hidup suatu industri, secara umum kita dapat mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu industri.

Prakiraan penjualan dan analisis input-output
            Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek penjualan suatu industri di masa yang akan datang, dengan cara mengidentifikasi pemasok (supplier) dan konsumen dari sautu industri. Dengan melakukan analisis input-output, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu industri di masa depan.

Prakiraan penjualan dan hubungan industri dan ekonomi
            Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industri dengan kondisi perekonomian secara keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industri tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi perekonomian dimana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan keuntungan suatu industri.

PERSAINGAN DAN RETURN INDUSTRI YANG DIHARAPKAN
            Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industri adalah intensitas persaiangan dalam industri tersebut. Michael Porter berpendapat mengenai strategi kompetitif, yaitu suatu strategi yang berguna untuk mencapai posisi kompetitif dalam industri. Intensitas persaingan dalam sautu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return di atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran lima faktor utama persaingan. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri karena lima faktor tersbeut mempunyai pengaruh terhadap komponen ROI dalam suatu industri.
            Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri adalah :
a.      Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri
Persaingan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari industri tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang relatif kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan membuat penawaran di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
b.      Ancaman pemain baru
Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor perlu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru dalam industri. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh adanya hambatan-hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu industri, seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industri relatif tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang masuk dalam industri tersebut akan semakin kecil.


c.       Ancaman adanya produk subtitusi
Produk substitusi akan membatasi profit potensial suatu industri karena barang subtitusi akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk memnentukan harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk subtitusi yang ditawarkan di pasar.
d.      Bargaining power pembeli
Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi profitablitas industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang akan diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari konsumennya maka bargaining power konsumen akan besar.
e.       Bargaining power pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang akan datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya maka bargaining power pemasok akan berkurang.

Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industri dapat digunakan untuk menilai profit potensial dari suatu industri untuk jangka panjang. Disamping itu investor juga bisa mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur industri akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.

ESTIMASI EARNING MULTIPLIER SUATU INDUSTRI
            Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan antara earning multiplier  untuk industri dengan earning multiplier  pasar. Sedangkan dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier  industri dilakukan dengan cara mengamati variabel-variabel yang mempenagruhi earning multiplier  industri, seperti dividend-payout ratio (DPR), tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g).
            Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan. Sebelum menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier  untuk industri, diperlukan suatu usaha mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Disamping itu perlu dilengkapi dengan pasar mikro.
            Estimasi earning multiplier   industri dengan analisis mikro yang dilakukan dengan cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier  industri (dividend-payout ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri akan berada di atas, di bawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar